Jumat, 04 Maret 2016

Nanar

Diposting oleh Unknown di 03.38
Dan ketika rasa kembali pulang, masih adakah ruang yang tersisa bahkan untuk sekedar menyapa?

***

Menyaksikanmu, hadir di ujung tangga pertama. Ada yang lucu saat mataku lekat menatap kamu. Merekam sosokmu dalam sepersekian detik. Lalu berbalik. Malu. Dulu aku tak seperti itu.

Menghadapmu, telak di depan mataku yang tak sangsi memburu. Menyisir raut, untai rambut, bahkan gerak jarimu. Menahan detak yang kian mendera. Wajahku kaku. Dulu jelas aku tak begitu.

Melepasmu, nyata membiarkan langkah yang berlawan arah. Merekam sosokmu. Menikmati punggungmu. Nanar. Nyata ada nyeri yang meringsut manja saat ragamu menjauh. Sentimentil. Dulu tak pernah ku rasa itu.

Waktu. Menggiring lemah menghambur ragaku. Menyesapi kamu yang abu-abu. Telak namun tak tepat. Bisakah aku jatuh sekali lagi? Merasakan sensasi kepala terantuk di bawah payung yang menaung kita. Tanpa kisah memayungi, tanpa kisah dipayungi yang berujung dengan kuyup hujan asam di salah satu pihaknya. Menikmat hujan dan wangi atsiri. Maju, berdua. Tanpa lagi dipenuhi oleh rupa keinginan, namun kebutuhan. Adakah waktu berpihak?

***

Siang itu menjadi saksi kasat mata dari nanar yang ku punya. Mengerling pelan. Mereka tau jelas siapa sebabnya. Dan hatiku baru menyadari nikmat paling nikmat dari memandangi punggung orang yang kini kusayang. Yang tak tepat waktu untuk dilakukan. Mungkin? Aku tak pernah tahu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Word By Word Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea